Kondisi perekonomian Indonesia pada zaman pemerintahan Jokowi-JK sampai dengan saat ini (Jokowi - Ma'ruf Amin)
Kondisi perekonomian Indonesia pada zaman pemerintahan Jokowi-JK sampai dengan saat ini
(Jokowi - Ma'ruf Amin)
Jokowi-JK
Pertama, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu terjaga stabil di
atas 5%. Di tengah gejolak perekonomian dan perlambatan pertumbuhan ekonomi
global selama dua tahun terakhir, angka pertumbuhan ekonomi Indonesia di
kisaran 5% terbilang bagus.
“Kita lihat China yang
pertumbuhannya sudah tinggal 6% sekarang. Singapura juga mungkin tidak tumbuh
atau bahkan tumbuh negatif karena porsi ekspor impor sangat besar dalam
perekonomian. Pertumbuhan Indonesia penurunannya paling sedikit dibandingkan
berbagai negara,” tutur Darmin.
Kedua, Darmin juga
mengingatkan prestasi pemerintah dalam menjaga stabilitas harga barang-barang
selama lima tahun terakhir. Itu mengapa, tingkat inflasi selalu dapat bergerak
dalam rentang yang ditargetkan pemerintah maupun Bank Indonesia (BI).
Bahkan Darmin mengatakan,
rata-rata inflasi dalam lima tahun terakhir hanya bergerak di level 3,2%-3,3%.
“Belum pernah republik kita
menikmati stabilitas seperti itu dalam waktu 5 tahun berturut-turut. Dulu zaman
Orba, inflasi kita selalu double-digit,” pungkasnya.
Ketiga, dengan level
pertumbuhan ekonomi yang ada, pemerintah mampu membawa angka kemiskinan turun
ke level terendahnya sepanjang sejarah.
Data terakhir Badan Pusat
Statistik (BPS) pada Maret 2019 mencatat, tingkat kemiskinan berada pada
level single-digit yaitu 9,41% dengan jumlah orang miskin turun menjadi
25,14 juta jiwa.
Jokowi-Ma'ruf
Sedangkan saat ini, pada pemerintahan Jokowi-Ma’ruf, Kinerja perekonomian masih belum mengkilap pada periode 100 hari pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah mengatakan Kebijakan-kebijakan yang diambil justru bersifat menahan pertambahan ekonomi, misalnya seperti kenaikan tarif iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan dan cukai rokok, penyesuaian tarif tol, hingga perubahan pola penyaluran subsidi gas LPG.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Eko Listyanto, Inisiatif deregulasi dan pemberian insentif dengan mencetuskan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja maupun Perpajakan saat ini cukup memberikan sentimen confidence pada pelaku usaha, tapi sayangnya masih belum terbaca arahnya seperti apa karena pembahasan yang cenderung tertutup dan tergesa-gesa.
Belum lagi, saat ini wabah Covid-19 kian merebak. Hal ini tentunya mempengaruhi kondisi perekonomian Indonesia yaitu mengakibatkan melambatnya pertumbuhan ekonomi karena pandemi Covid-19. Keterlambatan ini ditandai dengan memburuknya kondisi lingkungan eksternal dan melemahnya permintaan dalam negeri seiring dengan menurunnya sentimen bisnis dan konsumen.
Komentar
Posting Komentar